Kompetensi Lulusan Sains Dasar Tidak JelasNAW
Implementasi sains dasar untuk menunjang pengembangan riset dan inovasi industri sampai saat ini masih lemah, antara lain akibat kompetensi lulusan pendidikan sains dasar tidak jelas. Ini disebabkan pula oleh budaya riset dengan pengembangan sains dasar yang belum terbangun.
Demikian dipaparkan Edy Soewono dari Institut Teknologi Bandung (ITB) dalam lokakarya arah kebijakan riset bertema ”Peran Strategis MIPA dalam Menghadapi Tantangan Bangsa”, Kamis (30/10) di Jakarta.
”Kondisi pendidikan sains dasar MIPA (Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam) di Indonesia sampai sekarang belum mampu untuk penetrasi ke hilir (sektor industri),” kata Edy.
Implementasi sains dasar untuk menghadapi masalah bangsa sangat terbuka lebar, kata dia. Dimulai dari penanganan masalah pengentasan warga dari kemiskinan, ketahanan pangan, ketahanan energi, dan sebagainya.
Ketua Dewan Riset Nasional (DRN) Andrianto Handojo pada kesempatan itu mengatakan, sains dasar masih dipandang sebagai bidang ilmu yang diwarnai kerumitan. Padahal, dengan implementasi dasarnya dapat menguak fenomena alam untuk mencari manfaat-manfaat yang dibutuhkan umat manusia. ”Menara matahari (solar tower), salah satu contoh implementasi sains dasar untuk memperoleh manfaat menggerakkan turbin pembangkit listrik,” kata Andrianto.
Memicu implementasi
Pembicara lainnya, Kepala Pusat Penelitian Bioteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Bambang Prasetya mengemukakan, metode lomba karya ilmiah di berbagai jenjang pendidikan turut memicu implementasi sains dasar. Contohnya, pada perlombaan karya ilmiah SMP dengan proposal pengobatan sariawan dengan perpaduan jeruk nipis dan getah pohon jarak. Menurut Bambang, memadukan dua unsur tanaman itu menuntut pemahaman sains dasar biologi.
Ketua Persatuan Aktuaris Indonesia Riyanto Djojosugito dalam lokakarya tersebut menjelaskan, untuk mengaitkan industri dengan universitas atau lembaga ilmiah dibutuhkan ”jembatan”. Di bidang aktuaris (asuransi, investasi, dan konsultasi), sains dasar sangat menunjang dalam hal statistika.
Sumber : Kompas (31 Oktober 2008)
Implementasi sains dasar untuk menunjang pengembangan riset dan inovasi industri sampai saat ini masih lemah, antara lain akibat kompetensi lulusan pendidikan sains dasar tidak jelas. Ini disebabkan pula oleh budaya riset dengan pengembangan sains dasar yang belum terbangun.
Demikian dipaparkan Edy Soewono dari Institut Teknologi Bandung (ITB) dalam lokakarya arah kebijakan riset bertema ”Peran Strategis MIPA dalam Menghadapi Tantangan Bangsa”, Kamis (30/10) di Jakarta.
”Kondisi pendidikan sains dasar MIPA (Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam) di Indonesia sampai sekarang belum mampu untuk penetrasi ke hilir (sektor industri),” kata Edy.
Implementasi sains dasar untuk menghadapi masalah bangsa sangat terbuka lebar, kata dia. Dimulai dari penanganan masalah pengentasan warga dari kemiskinan, ketahanan pangan, ketahanan energi, dan sebagainya.
Ketua Dewan Riset Nasional (DRN) Andrianto Handojo pada kesempatan itu mengatakan, sains dasar masih dipandang sebagai bidang ilmu yang diwarnai kerumitan. Padahal, dengan implementasi dasarnya dapat menguak fenomena alam untuk mencari manfaat-manfaat yang dibutuhkan umat manusia. ”Menara matahari (solar tower), salah satu contoh implementasi sains dasar untuk memperoleh manfaat menggerakkan turbin pembangkit listrik,” kata Andrianto.
Memicu implementasi
Pembicara lainnya, Kepala Pusat Penelitian Bioteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Bambang Prasetya mengemukakan, metode lomba karya ilmiah di berbagai jenjang pendidikan turut memicu implementasi sains dasar. Contohnya, pada perlombaan karya ilmiah SMP dengan proposal pengobatan sariawan dengan perpaduan jeruk nipis dan getah pohon jarak. Menurut Bambang, memadukan dua unsur tanaman itu menuntut pemahaman sains dasar biologi.
Ketua Persatuan Aktuaris Indonesia Riyanto Djojosugito dalam lokakarya tersebut menjelaskan, untuk mengaitkan industri dengan universitas atau lembaga ilmiah dibutuhkan ”jembatan”. Di bidang aktuaris (asuransi, investasi, dan konsultasi), sains dasar sangat menunjang dalam hal statistika.
Sumber : Kompas (31 Oktober 2008)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar