Minggu, 02 November 2008


Ingin Hasilkan Uranium dari Air Laut

Terry Mart PhD, Doktor Dijuluki Profesor : Ingin Hasilkan Uranium dari Air Laut git/bay/kum
Jiwa peneliti Terry Mart PhD tak pernah padam meski dana yang tersedia terbatas. Suatu ketika, gara-gara tak punya biaya untuk penelitiannya, ahli fisika nuklir dan partikel itu terpaksa menggerogoti tabungan belanja istrinya.
Sebagai peneliti, Terry Mart punya mimpi yang ingin dia wujudkan. Dia ingin menghasilkan uranium melalui proses fisika di air laut. Uranium itu bisa menjadi bahan reaktor nuklir yang menghasilkan energi luar biasa dahsyat, tapi sangat aman.
"Itu sangat mungkin terjadi. Bahkan, reaksinya sangat aman. Hanya, butuh waktu lama," kata Terry kepada Jawa Pos menjelaskan soal mimpi besarnya itu, di kantornya, lantai 3 Departemen Fisika Fakultas MIPA Universitas Indonesia (UI).
Sehari-hari satu dari enam ilmuwan yang masuk dalam daftar Wise Index of Leading Scientists and Engineer dari Comstech tersebut memang berkantor di ruangan seluas sekitar 9 meter persegi itu.
Di level internasional, kepakaran Terry cukup diakui di bidang fisika nuklir dan partikel. Namanya hampir tak terhitung dikutip peneliti mancanegara ketika menyusun riset bidang yang sama. Hingga saat ini bapak tiga anak itu sudah 90 kali menulis paper di jurnal internasional.
"Meski demikian, kontribusi Indonesia di jurnal internasional masih kalah jauh dengan negara berkembang sekelas Nepal," katanya.
Dia lantas menyinggung imbalan dari pemerintah kepada seorang dosen yang karyanya berhasil nangkring di jurnal internasional. Imbalannya kata Terry hanya sekitar Rp 1 juta.
Inilah yang menyebabkan mengapa dosen cenderung malas mengirimkan karya ilmiah ke jurnal internasional. Karena itu, jumlah peneliti Indonesia masih sangat sedikit yang mampu menembus jurnal internasional. Bahkan, lanjut Terry, doktor yang mampu menulis dan namanya menjadi rujukan peneliti dunia juga masih bisa dihitung dengan jari.
Itu sangat jauh berbeda dibanding di Amerika Serikat. Pada 2004 saja, lanjut Terry, peneliti Amerika sudah mencatatkan 198.000 jurnal internasional. "Bandingkan dengan Indonesia yang baru 87 penelitian. Ketika itu, hanya empat penelitian Indonesia yang dikutip peneliti lain, sementara negeri Paman Sam itu sudah tak terhitung jumlahnya," jelasnya.
Kiprah Terry dalam dunia fisika partikel memang tidak tiba-tiba. Sebelumnya dia menggondol gelar sarjana dari Faklutas MIPA Universitas Indonesia. Karena berhasil lulus cumlaude, Terry berhak atas beasiswa dari Universitat Mainz, Jerman, untuk melanjutkan studi pascasarjana hingga meraih PhD. Dia berhasil meraih gelar S-3 pada usia 31 tahun. Pria yang kini berumur 43 tahun itu kemudian berusaha menuntut post doctoral di George Washington University. "Kampus saya ketika itu hanya tiga blok saja dengan Gedung Putih," kenang Terry. Di sana dia tetap menekuni bidang yang sama, fisika partikel. Hingga sekarang bidang itu terus digeluti. "Penelitian saya sudah banyak. Apalagi yang pengembangan," jelas dosen penerima Best Young Researcher Award dari UI itu.
Di bidang itu Terry memang terus aktif meneliti proton dan netron, termasuk inti atom dan nukir. Dia juga mengamati bintang netron yang meledak, tapi tidak menjadi black hole.
Untuk penelitiannya, Terry kerap mengeluarkan dana sendiri. Uangnya tentu dari honorarium berbagai paper yang dimuat di jurnal internasional.
Kadang dia sampai menginvestasikan tabungan dan honor yang didapat untuk bepergian ke luar negeri. Tujuannya, apalagi kalau bukan mendalami hasil temuan-temuan di bidang partikel. "Konsekuensinya tabungan belanja untuk anak istri tak pernah naik. Namun, untunglah mereka memahaminya," ujar peraih Habibie Award for Pioneering Theoretical itu.
Dia mengakui bidang risetnya memang sulit mendapatkan biaya. "Riset kami adalah riset hulu. Ibaratnya akar di pohon. Riset saya bukan buah yang selalu tampak dan bisa langsung dinikmati," jelasnya. Karena itu, untuk mendanai risetnya dia kerap menggandeng kampus-kampus di luar negeri.
Karena kiprahnya di kampus-kampus luar negeri, Terry kerap dipanggil profesor, padahal dia belum profesor. Undangan-undangan pembicara dari berbagai kampus di Arab juga mencantumkan gelar profesor untuknya. "Padahal, saya cuma doktor. Mereka menghargai kepakaran seseorang," ujarnya.
Memang, sejauh ini Terry belum berminat meraih gelar profesor alias menjadi guru besar. Padahal, dengan modal penelitian saja mudah bagi Terry untuk meraih gelar itu. "Sebenarnya saya sudah berkali-kali mengajukan, tapi juga belum dapat," terangnya.
Sumber :
Jawa Pos (22 September 2008)

Mencari Materi Awal Alam Semesta-

Para pakar fisika hendak membuat simulasi tahapan sesaat setelah dentumen besar menggunakan pemercepat partikel-LHC terbesar di dunia di CERN Jenewa.
Para pakar fisika Eropa sejak 20 tahun terakhir ini membangun instalasi pemercepat partikel, Large Hadron Collider-LHC berupa cincin raksasa dengan diameter 27 kilometer di kedalaman 100 meter di seputar kota Jenewa Swiss. Instalasi seharga 4 milyar Euro di pusat penelitian nuklir Eropa-CERN itu, diharapkan mampu memecahkan misteri unsur terkecil penyusun alam semesta.
Di instalasi pemercepat partikel terbesar di dunia di Jenewa itu, Proton dari inti atom unsur Hidrogen dipercepat hingga kecepatan mendekati kecepatan cahaya, yakni sekitar 300.000 km per detik. Separuh proton dari inti atom Hidrogen dipercepat searah jarum jam, separuh lagi melawan arah jarum jam. Pada satu titik proton ini akan saling bertabrakan dengan kecepatan super tinggi.
Operasi pertama instalasi pemercepat partikel –LHC di Jenewa itu sukses dilakukan tanggal 10 September lalu. Sekitar 10.000 pakar fisika di seluruh dunia mengamati dengan tegang peristiwa penting dalam pembuktian komposisi materi awal ketika terbentuknya alam semesta. Beberapa abad lamanya, para pakar fisika meyakini, atom adalah bagian terkecil penyusun materi. Tapi ilmu fisika modern menyebutkan aksioma, inti atom sebetulnya masih terdiri dari sejumlah partikel yang lebih kecil lagi. Partikel inilah yang terbentuk di saat kelahiran alam semesta.
Direktur jenderal pusat penelitian CERN di Jenewa, Rolf-Dieter Heuer menjelaskan:
“Dengan mesin ini kami semakin mendekat ke mikrokosmos pada saat awal terbentuknya alam semesta. Kami mengharapkan, dengan itu dapat diperoleh pengetahuan baru menyangkut kondisi awal alam semesta.“
Dengan bantuan Large Hadron Collider hendak ditemukan apa yang disebut partikel Higgs. Apa yang disebut Higgs-Boson itu adalah partikel yang dapat menjelaskan mengapa materi memiliki massa. Diberi nama Higgs-Boson karena ilmuwan yang pertama kali melontarkan aksiomanya adalah professor Peter Higgs dari Universitas Edinburg sekitar 30 tahun lalu. Apa yang disebut medan Higgs adalah gaya yang tidak kasat mata yang terbentuk sesaat setelah Dentuman Besar, ketika alam semesta mulai mendingin dengan suhu di bawah nilai kritisnya. Aksiomanya, semua partikel yang melakukan interaksi dengan Higgs Boson akan memiliki massa. Semakin intensif interaksinya, semakin berat bobotnya. Dengan penelitian menggunakan LHC hendak dibuktikan eksistensi Higgs-Boson. Jika tidak terbukti, maka teori fisika mungkin harus ditulis ulang.
Monitoring ujicoba tumbukan proton di dalam LHC.Bildunterschrift: Großansicht des Bildes mit der Bildunterschrift: Monitoring ujicoba tumbukan proton di dalam LHC.
Selain itu pemercepat partikel juga diharapkan mampu menguak misteri di balik apa yang disebut materi gelap dan energi gelap, yang mengikat galaxi seperti perekat yang tidak kasat mata. Hingga kini, peranan kedua materi itu dalam evolusi alam semesta masih merupakan misteri. Diduga, materi gelap mempercepat rotasi galaxi. Sementara energi gelap merupakan gaya yang mempercepat pemuaian alam semesta.
Bahkan sejumlah ilmuwan yakin, pemercepat partikel terbesar di dunia di Jenewa itu juga dapat menciptakan lubang hitam dalam ukuran amat kecil. Pakar fisika dari Universitas Tübingen Jerman, Prof Otto Rössler bahkan mencemaskan, lubang hitam artifisial itu akan memiliki daya hisap luar biasa, dan mampu menghancurkan Bumi.
Namun pakar fisika dari CERN, Joachim Mnich membantah ketakutan tsb.
Mnich mengatakan: “Prinsipnya pada LHC kami tidak melakukan hal baru. Kami melakukan reproduksi apa yang terjadi setiap hari di Bumi. Sejak lahirnya sekitar 4,5 milyar tahun lalu, Bumi terus dibombardir partikel kosmis, yang sebagian memiliki energi amat tinggi. Dan juga bila dengan itu dapat diciptakan lubang hitam, nyatanya sejak 4,5 milyar tahun Bumi tetap eksis. Hal itu menunjukkan partikel ini samasekali tidak berbahaya.“
Berbagai penelitian yang dilaksanakan di CERN terutama adalah riset fisika masa depan. Dalam arti, tidak memiliki aplikasi langsung bagi keseharian umat manusia di saat ini. Pengetahuan mengenai fase awal alam semesta sesudah dentuman besar, tidak akan mempengaruhi langsung kehidupan manusia. Seperti juga juga pembuktian peranan materi gelap dan energi gelap.
Gambaran ilustrasi lubang hitam massiv di alam semesta yang dibuat NASA.Bildunterschrift: Großansicht des Bildes mit der Bildunterschrift: Gambaran ilustrasi lubang hitam massiv di alam semesta yang dibuat NASA.
Pertanyaan mengenai bagaimana alam semesta tercipta? Bagaimana kehidupan muncul? Dari mana asal-usul umat manusia? Merupakan tema yang sudah ada sejak manusia dapat berfikir. Inilah yang hendak dijelaskan melalui pendekatan ilmu fisika oleh para ilmuwan. Berdasarkan teori fisika, alam semesta yang kita huni, tercipta sekitar 13 milyar tahun lalu setelah terjadinya dentumen besar. Pakar fisika partikel dari Institut Max-Planck, Prof. Siegfried Bethke menjelaskan : “Kami dengan eksperimen ini mungkin tidak dapat meniru persis dentuman besar. Akan tetapi mendekatinya. Dan kami mengharapkan melihat hasil substansial baru dalam ilmu fisika. Yang tidak hanya menjelaskan ilmu fisika partikel, melainkan juga sejarah terbentuknya alam semesta.“
Uji coba yang dilakukan di instalasi LHC di Jenewa itu akan memakan waktu cukup lama. Sebuah rangkaian ujicoba dapat berlangsung beberapa minggu atau beberapa bulan lamanya. Sebab mesin raksasa tsb tidak bisa dihidupkan atau dimatikan segampang pesawat radio atau lampu pijar. Karena prosedurnya amat rumit dan kebutuhan energinya luar biasa besarnya.
Supaya partikel yang dipercepat mendekati kecepatan cahaya tidak buyar, LHC harus dilengkapi magnet ukuran raksasa, yang menciptakan medan magnet amat kuat untuk menjaga partikel tetap pada lintasannya. Untuk meniru kondisi alam semesta seperti sesaat setelah dentuman besar, suhu di dalam instalasi pemercepat partikel itu harus direkayasa mendekati nol absulut, atau sekitar minus 237 derajat Celsius. Sistem pengawas dan sensor amat rumit dipasang di sepanjang LHC, untuk mengawasi jangan sampai terjadi kerusakan atau kebocoran.
Kompleksitas instalasi, mahalnya biaya pembangunan serta sulitnya ilmu fisika yang diujicoba dicerna oleh otak orang awam, juga menimbulkan berbagai kritik dan pertanyaan. Namun para ilmuwan pantang mundur. Mereka mengajukan alasan, hasil penelitian yang 100 tahun atau bahkan 10 tahun lalu dianggap mustahil atau tidak ada gunanya, ternyata kini banyak yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas kehidupan umat manusia. Juga asal usul alam semesta, rahasia berbagai partikel terkecil penyusun materi, serta kekuatan yang masih misterius di alam semesta, cepat atau lambat akan memiliki kegunaan langsung.
Sumber :
DW World (16 September 2008)

Ilmuwan Berharap

Ilmuwan Berharap Peroleh Kejutan dalam Ujicoba Big Bang-
Ilmuwan yang terlibat dalam percobaan bersejarah “Big Bang” yang direncanakan dimulai pekan ini berharap kegiatan itu akan menghasilkan banyak kejutan tentang alam semesta dan asalnya, namun menepis pendapat bahwa itu akan membuat dunia berakhir.Dan Robert Aymar, ahli ilmu fisika Perancis yang memimpin pusat penelitian CERN, meramalkan bahwa temuan yang akan muncul dari proyeknya yang bernilai 9,2 miliar dolar AS akan memicu kemajuan besar bagi masyarakat manusia.
“Jika sebagian dari apa yang kami duga akan kami temukan tak kunjung muncul, dan yang tak kami perkirakan malah terjadi, itu bahkan akan lebih menggairahkan karena itu berarti kami kurang mengerti dibandingkan yang kami kira mengenai alam,” kata ahli ilmu fisik Inggris Brian Cox, seperti dikutip Reuters.”Apa yang ingin saya lihat ialah yang tak diperkirakan,” kata Gerardus t`Hooft dari University of Michigan. Mungkin, ia menyatakan, mesin Large Hardron Collider (LHC) yang menjadi pusat ujicoba tersebut “akan memperlihatkan kepada kita keadaan yang tak kami ketahui ada”.
Segera setelah itu dimulai pada Rabu, para ilmuwan berencana menhancurkan sinar partikel secara bersama pada kecepatan yang mendekati kecepatan cahaya di dalam Large Hardron Collider, yang tertutup rapat di CERN, untuk menciptakan banyak versi-mini “Big Bang” jaman purba.Para kosmologis mengatakan bahwa ledakan satu objek seukuran koin kecil yang terjadi sekitar 13,7 juta tahun lalu dan mengakibatkan pembentukan bintang, planet — dan akhirnya kehidupan di Bumi.
Tujuan utama ujicoba CERN ialah untuk menemukan “Higgs boson”, yang namanya diambil dari nama fisikawan Skotlandia Peter Higgs –yang pada 1964 menunjuk kepada partikel semacam itu sebagai kekuatan yang memberi massa dan membuat alam semesta mungkin terbentuk.Namun misteri lain fisika dan kosmologi — supersimetri, kondisi gelap dan energi gelap — menjadi pusat percobaan di dalam saluran melingkar 27-kilometer jauh tersebut di dalam tanah di perbatasan Perancis-Swiss.
Kekhawatiran akan bencana
CERN, Pusat Penelitian Nuklir Eropa, menyatakan para peneliti utama, dan banyak staf biasa, telah menerima sangat banyak surat elektronik yang menyampaikan kekhawatiran mengenai percobaan itu.Ada pernyataan bahwa itu akan menciptakan “lubang hitam” daya tarik intensif yang menyedot CERN, Eropa dan barangkali seluruh planet ini, atau itu akan mebuka jalan bagi makhluk dari alam lain untuk menyerbu melalui “lubang jarum” dalam ruang waktu antariksa.
Namun kajian keselamatan oleh para ilmuwan di CERN dan di Amerika Serikat serta Rusia, yang dikeluarkan pada akhir pekan, menolak kemungkinan hasil semacam itu.”LHC akan memungkinkan kami untuk mengkaji secara terperinci apa yang dilakukan alam di sekeliling kita,” kata Aymar — yang telah memimpin CERN selama lima tahun– dalam tanggapan saat wawancara tersebut. “”LHC aman, dan setiap pendapat bahwa itu mungkin menimbulkan resiko sepenuhnya fiksi.”
Cox, dari School of Physics and Astronomy di Manchester University, Inggris, bahkan lebih tajam lagi. “Saya sangat terganggu dengan para ahli teori persekongkolan yang menyebarkan omong kosong ke mana-mana,” katanya.Ketika ujicoba itu dimulai setelah pukul 21:00 waktu setempat (14:00 WIB) pada 10 September, para penduga bencana tak bisa berbuat banyak.
Dalam percobaan pertama, sinar partikel disorotkan di saluran LHC ke satu arah. Jika semuanya berjalan lancar, benturan mungkin dicoba dalam beberapa pekan mendatang, tapi dengan kekuatan rendah. Setiap ledakan pada tahap itu, kata seorang peneliti CERN, “akan bersifat kecil”
Sumber :
Republika (9 September 2008)

Tekologi Nano

Teknologi Nano Memungkinkan Pakaian tak Perlu Dicuci ant/kp
Teknologi nano yang diberlakukan pada serat-serat tekstil (nanotekstil) memungkinkan pakaian tidak perlu lagi dicuci karena tahan kotor, tahan bau dan anti bakteri."Material nano dalam bentuk bubuk misalnya ZnO berukuran nano (satu per miliar meter -red) yang dilapiskan ke serat-serat fiber membuat tekstil menjadi berkarakter nano," kata Ketua Umum Masyarakat Nanoteknologi Indonesia Dr Nurul Taufiqu Rohman di Jakarta, Kamis.
Tekstil berkarakter nano merupakan bahan pakaian yang unggul dan mulai dikembangkan di dunia, demikian pula keramik berkarakter nano (nanokeramik) yang lebih baik penampilannya dan tidak bisa kotor, kata Pakar Fisika dari LIPI itu.Indonesia, ujarnya, cukup siap mengembangkan industri tekstil dan industri keramik berbasis teknologi nano (nanotekstil dan nanokeramik) yang memungkinkan tekstil dan keramik Indonesia menjadi lebih unggul.
"Kami sedang menyusun `roadmap`nya dan sudah melakukan survei ke sekitar 30 industri yang terkait dengan prospek material dan teknologi nano," katanya. Nanotekstil dan nanokeramik, ujarnya, termasuk dalam nanoteknologi generasi pertama, sementara saat ini sejumlah negara maju di dunia sudah mulai mengembangkan nanoteknologi generasi ketiga.
Nanoteknologi generasi pertama, kata Nurul, lebih kepada pembuatan nanopartikel dan tak perlu teknologi tinggi untuk membuatnya.Ia mencontohkan, nanopartikel ditaburkan ke dalam kandungan kosmetik seperti bedak yang melindungi kulit dari sinar matahari (UV) atau minuman suplemen yang diberi partikel nano sehingga kandungannya lebih baik.
Generasi kedua, sudah meningkat pada teknologi asembling dari partikel nano, misalnya teknologi nano dalam pembuatan layar monitor sehingga layar monitor menjadi terang, teknologi nano dalam pembuatan chip komputer, atau memori handphone.Sedangkan teknologi nano generasi ketiga memerlukan material nano dengan presisi yang sangat tinggi antara lain membuat suatu sistem yang dimasukkan ke dalam tubuh manusia untuk membunuh sel kanker."Namun nanoteknologi generasi ketiga di dunia masih dalam taraf riset dan pengembangan prototipe," katanya.
Sedangkan generasi keempat yang masih merupakan mimpi adalah rekayasa molekul (nanomolekuler) di mana mesin nano bakal mampu mengubah-ubah benda, membuat kayu menjadi roti atau arang menjadi intan."Bahan roti dan bahan kayu itu sama, ada unsur karbon, hidrogen dan lain-lain. Jadi kayu tinggal dihancurkan ke bentuk material nano dan disusun kembali dengan komposisi sesuai keinginan sehingga menjadi roti," katanya.
Sumber : Republika (13 September 2008)

Gara-gara LHC

Gara-gara LHC Kiamat Diprediksi Datang Lebih Awalsrn
Hari kiamat sedang jadi perbincangan hangat di Negara Eropa. Keributan itu menyusul akan meluncurnya mesin penghancur partikel mega besar Large Hadron Collider (LHC) yang bertujuan untuk menjelajahi bumi guna mencari tahu asal usul terbentuknya alam semesta.
Keributan publik itu disambut dingin oleh para peneliti yang turun tangan dalam proyek LHC. Menurut mereka LHC sudah harus mulai dipakai dan uji cobanya akan berlangsung tak lama lagi. Banyak pihak mengkhawatirkan uji coba itu akan menimbulkan lubang hitam (black hole) dengan daya tarik gravitasi kuat yang ditakutkan bisa menghisap seluruh isi di bumi.
Ketakutan yang dianggap tak berasal itu ditolak keras ketua Departemen Astronomi dan Astrofisika dari University of Chicago Edward "Rocky" Kolb.
"Inilah eksperimen yang ada di perbatasan pengetahuan kita tentang alam. Inilah saatnya membuka pintu menuju teritori yang belum pernah tejamah. Ketimbang hanya membuat sebuah lubang hitam yang merusak bumi, kami melakukan uji coba ini untuk menjelajahi seluk beluk alam," ujar Kolb dalam pernyataannya seperti yang dikutip dari Reuters, Jumat (12/9/2008).
Menanggapi pernyataan dari pihak ilmuwan, sebuah kelompok yang menamakan diri mereka Masyarakat Penentang The Large hadron Collider (Citizens Against The Large Hadron Collider), mengajukan tuntutan untuk menjegal proyek itu agar urung terjadi, dengan diperkuat juga alasan telah jatuh korban berkaitan gembar-gembor proyek ini. Kabarnya, seorang gadis remaja berusia 16 tahun meninggal bunuh diri karena keburu trauma dengan laporan berita tentang prediksi hari kiamat yang rumornya ditimbulkan LHC.
Ribut-ribut itu tampaknya tak perlu terjadi karena sampai sejauh ini tidak ada satupun ledakan yang terjadi. Terlebih menurut pembelaan para ilmuwan, pada proyek ini mereka ?hanya? mengedarkan sinar proton ke seantero terowongan akselerator sepanjang 17 mil atau sekitar 27 km yang terletak di perbatasan Perancis-Swiss.
"Ketakutan berlebih itu tak perlu dihiraukan. Sebelumnya alam semesta sudah pernah melakukan eksperimen ini, dan posisi kami disini hanya merekonstruksi ulang. Sinar kosmik dulu pernah menabrak bulan dengan energi yang lebih besar tapi nyatanya tidak menimbulkan lubang hitam dan tidak menelan habis bulan. Sama saja dengan apa yang akan kami lakukan. Bumi tidak akan ditelan oleh lubang hitam hanya karena proyek ini," tegas Kolb
Sebelumnya prediksi hari kiamat ini sudah pernah terdengar. Pertama kali pada saat Enrico Fermi akan menguji coba reaktor nuklir pertama bertempat di lapangan olahraga University of Chicago pada tahun 1943. Kala itu diprediksikan percobaan tersebut bisa meluluhlantakkan seantero Chicago. Yang kedua, simpang siur hari kiamat terdengar sesaat sebelum pembukaan Relativistic Heavy Ion Collider di Brookhaven National Laboratory pada tahun 1999. Kedua ramalan itu tak terbukti kebenarannya.
Sumber :
okezone.com

miskin dan tidak Pintar

Prof. Koshiba & Prof. Tsui: miskin dan tidak Pintar bukan alasan untuk tidak suskesKorun
Prof. Masatoshi Koshiba (Jepang) dan Prof. Daniel Chee Tsui (China) adalah dua fisikawan peraih nobel fisika yang memiliki latar belakang kehidupan yang unik. Ketika Koshiba masih belajar di sekolah menengah, seorang gurunya mengatakan bahwa Koshiba tidak mungkin bisa belajar fisika karena ia selalu mendapat nilai merah. Sedangkan Prof. Tsui adalah orang China ndeso dan kedua orang tuanya juga buta huruf. Desa kelahirannya selalu dilanda bencana kelaparan, banjir dan peperangan. Lalu mengapa nasib yang tidak menguntungkan tersebut membuahkan kesuksesan bagi mereka ? Tulisan ini GuruMuda tujukan bagi adik-adik pelajar sekolah menengah yang merasa kemampuan otaknya pas-pasan, apalagi sampai sering mendapat nilai merah; juga bagi kita yang berasal dari keluarga miskin, apalagi orangtua buta huruf alias tidak bisa membaca dan menulis. Selamat membaca sambil merenung… semoga kita termotivasi untuk mengikuti jejak mereka. Sukses adalah milik kita semua, mengapa koshiba dan Tsui bisa, kita tidak ? khan sama-sama punya kepala, kaki dan tangan, darah sama-sama merah. Bedanya diriku agak hitam, dirimu mungkin agak putih dan eyang Koshiba dan Tsui kulitnya putih + agak sipit
Eyang Masatoshi Koshiba lahir di kota Toyohashi, Jepang, pada tanggal 19 September 1926. Pada mulanya ia bercita-cita masuk militer mengikuti jejak ayahnya atau menjadi musisi, karena ia sangat menyukai musik. Cita-citanya masuk militer gagal karena sebelum mengikuti tes ia menderita sakit Polio. Tetapi mengapa ia memilih untuk menekuni ilmu fisika, bukannya menjadi musisi ? seandainya Koshiba di Indonesia, mungkin ia akan memilih menjadi musisi, khan jadi terkenal dan punya banyak uang, tiap hari konser + punya sekampung fans… Koshiba memilih menjadi fisikawan, karena gurunya mengatakan bahwa ia tidak mungkin bisa belajar fisika. nilai raportnya penuh dengan nilai-nilai berwarna merah karena merasa diangap rendah oleh gurunya, Koshiba lalu melepaskan keinginannya menjadi musisi dan memutuskan untuk menekuni ilmu fisika di Universitas Tokyo. Lagi-lagi, sial menimpa dirinya… nilai hasil belajar yang kurang memuaskan selalu menyertai langkah hidupnya ketika belajar di Universitas Tokyo. Koshiba tetap ngotot untuk melanjutkan studinya ke jenjang yang lebih tinggi karena ia yakin bisa menguasai ilmu fisika. Padahal nilainya sering jeblok ketika kuliah di jepang, Koshiba juga sambil bekerja untuk meringankan beban hidup keluarganya. Setelah menamatkan kuliah di Universitas Tokyo, ia nekat pergi ke Amerika Serikat hanya untuk belajar fisika. Nekat banget nih orang, banyak nilai merah tapi masih ngotot… sebagaimana tradisi yang masih berlanjut hingga sekarang, dia juga diharuskan membawa surat rekomendasi dari salah satu dosennya di Tokyo. Tahukah dirimu apa yang ditulis dosen tersebut ? “nilainya selalu kurang memuaskan…. Tetapi dia tidak bodoh….” Dengan semangat yang menggebu-gebu dan penuh perjoeangan + kerja keras yang luar biasa, Koshiba berhasil memperoleh gelar Doktor di University of Rochester. Mengerikan…. Sering mendapat nilai merah tetapi berhasil menjadi Doktor… fisika lagi…
Setelah berjoeang di Amerika serikat, Koshiba kembali ke Jepang dan setelah beberapa tahun mengajar dan melakukan riset, ia diangkat menjadi Profesor di Universitas Tokyo… Dahulu kala, di kampus tersebut ia sering mendapat nilai yang kurang memuaskan… ternyata ia menjadi profesor di tempat yang sama… aneh bin ajaib. Rupanya gelar profesor belum cukup bagi Koshiba. Mungkin beliau masih merasa sakit hati dengan ucapan gurunya dan mungkin juga dosennya, sehingga ia tetap bekerja keras dan tetap dalam perdjoeangan melakukan riset… Puncak prestasinya pun tiba… ia dinobatkan menjadi fisikawan peraih Nobel Fisika pada tahun 2002, penghargaan yang sangat bergengsi bagi para fisikawan di seluruh pelosok bumi. Nobel Fisika adalah hadiah Prof. Koshiba yang paling indah untuk guru dan dosennya yang pernah menganggap dirinya tidak mampu… mengapa ia bisa kita tidak ?
Dari Jepang, mari kita jalan-jalan ke China.
Prof. Daniel Chee Tsui lahir pada tanggal 28 Februari 1939 di sebuah desa kecil, Provinsi Henan, China. Ayah dan ibunya buta huruf dan mereka juga tinggal di desa yang selalu dilanda bencana banjir, kekeringan dan perang. Walaupun buta huruf, ayahnya sangat ingin Tsui sukses, sehingga pada tahun 1951 ayahnya mengirim Tsui ke Hongkong. Setelah lulus sekolah dasar, Tsui melanjutkan ke sekolah menengah Pui Ching, Kowloon, Hongkong, sebuah sekolah menengah yang sangat terkenal di Hongkong. Luar biasa orang tua beliau… karena kejeniusan dan kerja kerasnya yang luar biasa, Tsui berhasil mendapat beasiswa ke Amerika Serikat. Setelah Lulus dari Augustana College, Tsui melanjutkan kuliahnya ke University of Chicago dan berhasil meraih gelar doktor pada tahun 1968.
Setelah berhasil meraih gelar doktor, Tsui melakukan riset di Bell Laboratories, New Jersey. Dengan tekun dan kerja keras, ia berhasil menemukan material baru dimana elektron dapat bergerak dipermukaannya tanpa gesekan. Penemuannya ini sekarang digunakan untuk pembuatan chip-chip komputer yang merupakan peralatan utama untuk era teknologi canggih saat ini. Penemuannya tersebut membuatnya memperoleh penghargaan nobel fisika pada tahun 1998. Beliau adalah Profesor teknik elektro pada Princeton University dan menjadi pembimbing Oki Gunawan, Ph.D, mahasiswa Indonesia yang pernah memperoleh medali perunggu pada Olimpiade Fisika Internasional tahun 1993, saat Indonesia pertama kali mengikuti kejuaraan bergengsi tersebut. Kemiskinan dan kemelaratan ternyata tidak membuatnya mundur dan menjadi alasan terbaik untuk tidak sukses… bagaimana dengan kita ?
Sukses yang mereka peroleh adalah hasil kerja keras dan penuh perjoeangan… kemampuan otak yang pas-pasan tidak menjadi alasan bagi Koshiba untuk gagal. Orang tua yang miskin juga tidak menjadi alasan bagi Tsui untuk mundur. Mari kita belajar dari kedua fisikawan kelas kakap ini. Apakah dirimu merasa sering mendapat nilai merah ? kenangkanlah Koshiba di manapun dirimu berada. Atau dirimu juga berasal dari keluarga yang penuh penderitaan dan kemelaratan ? ingatlah Prof. Tsui… pintar saja tidak cukup, demikian kata Prof. Tsui… harus tekun dan tetap kerja keras sampai sukses. Apapun bidang yang engkau sukai dan akan atau sedang ditekuni, tetaplah fokus di sana dan bertekunlah… Tunjukkan kepada semua orang yang meragukanmu, mereka yang pernah mengatakan dirimu bodoh, miskin, melarat dan tertindas… bahwa dirimu juga bisa. Ayo, mari kita sama-sama berjoeang… Ssstttt… jangan lupa Tuhan
Sumber : Korun's Blog (26 september 2008)

Nama Mendunia

Nama Mendunia, Gaji Rp 2,4 Juta : Ilmuwan-Ilmuwan Indonesia Berprestasi Global zul/kum
Enam ilmuwan Indonesia masuk daftar Wise Index of Leading Scientists and Engineer. Daftar tersebut dikeluarkan sebuah lembaga internasional berkredibilitas di bidang sains dan teknologi. Siapa saja mereka? Mengapa dalam hal ini kita masih kalah dengan Malaysia?
Malu. Itulah yang dirasakan Tjia May On ketika namanya masuk deretan Wise Index of Leading Scientists and Engineer bersama lima ilmuwan tanah air yang lain. Mengapa malu? Guru besar Fisika dari ITB (Institut Teknologi Bandung ) itu lantas membandingkan dengan negara lain.
''Malaysia saja punya 27 ilmuwan yang diakui dunia. Sampai-sampai dalam daftar itu kita ini masih kalah dengan Maroko, yang secara kultur dan kesejahteraan masyarakat jauh di bawah Indonesia,'' kata profesor berusia 74 tahun yang masih tampak energik ini ketika didatangi Jawa Pos di kantornya, kompleks kampus ITB, Jumat lalu (19/9).
Wise Index of Leading Scientists and Engineer adalah sebuah daftar yang dikeluarkan Comstech (Standing Committee on Scientific and Technological Cooperation), lembaga yang bertujuan meningkatkan promosi serta kerja sama sains dan teknologi di antara negara-negara anggota Organisasi Konferensi Islam (OKI).
Nama Tjia masuk deretan daftar tersebut karena konsistensinya dalam menekuni bidang partikel kuantum dan kosmologi relativistik. Dia juga menekuni penelitian polimer, optik nonlinier, dan superkonduktor.
Selama 33 tahun, Tjia tekun dengan penelitiannya itu, baik dilakukan secara individu maupun tim. Hingga kini, profesor kelahiran Probolinggo 25 Desember 1934 itu telah menerbitkan dua buku teks, 24 penelitian kolaboratif internasional, 86 jurnal ilmiah internasional, 44 presentasi simposium internasional, 44 publikasi jurnal nasional, dan 77 presentasi imiah nasional.
Sebagian karya ilmiahnya dipublikasikan di jurnal internasional Physical Review, Nuclear Physics, Physica C, International Journal of Quantum Chemistry, Review of Laser Engineering, dan Journal of Non-linear Optical Physics.
Tjia menyelesaikan studi sebagai sarjana fisika pada 1962 di ITB. Setahun kemudian dia melanjutkan belajar fisika partikel di Northwestern University, Amerika Serikat, hingga meraih PhD pada 1969 dengan tesis berjudul Saturation of A Chiral Charge-Current Commutator.
Pada 1966, risetnya bersama fisikawan CH Albright dan LS Liu masuk Physical Review Letters dengan judul Quark Model Approach in the Semileptonic Reaction.
Pada awal 1960-an, para sarjana fisika di Indonesia baru mempelajari partikel kuantum dan kosmologi relativistik. Dua bidang itu yang mengubah pandangan dunia secara radikal-revolusioner awal abad XX tentang alam semesta dan asal-usulnya. Sepuluh tahun kemudian, di Indonesia hanya ada lima nama yang punya otoritas untuk berbicara tentang kuantum dan relativitas. Salah seorang di antara mereka adalah Tjia. Empat nama lain kala itu adalah Ahmad Baiquni, Muhammad Barmawi, Pantur Silaban, dan Jorga Ibrahim. Mereka adalah angkatan pertama yang jumlah penerusnya relatif sedikit dibandingkan dengan bidang fisika terapan.
Tjia juga sempat ikut riset di International Center of Theoretical Physics (ICTP), Trieste, Italia, yang didirikan fisikawan peraih hadiah Nobel asal Pakistan, Abdus Salam. Saat itulah, dia meninggalkan fisika partikel dan memasuki riset polimer, optik nonlinier, dan superkonduktor. Dalam dua bidang terakhir itu, namanya menginternasional.
Penggemar musik klasik karya Bach, Haydn, Mozart, dan Beethoven itu lantas mengkritisi kebijakan pemerintah Indonesia yang kurang berpihak kepada pengembangan ilmu. Salah satu contohnya, tegas dia, adalah rendahnya kesejahteraan secara finansial yang diberikan pemerintah kepada ilmuwan dan peneliti. ''Saya tidak mencontohkan siapa-siapa, Anda lihat saya saja,'' ujar penerima penghargaan Satyalencana Karya Satya itu.
Tjia menceritakan, dia pensiun dari ITB dengan gaji Rp 2,4 juta. Sampai sekarang, dia bahkan tetap tinggal di kompleks perumahan pegawai ITB. Layaknya pegawai negeri sipil (PNS) lain, untuk memenuhi kebutuhan dapurnya, dia bahkan masih sering ''mengamen'' mengajar di kampus lain. ''Seminggu dua kali saya mengajar di Universitas Indonesia (UI), naik kereta biar bisa baca-baca,'' tuturnya.
Tjia juga menyinggung seputar riset Indonesia yang tertinggal jauh dari negara lain. Semua, lanjut dia, mengarah kepada kesalahan pada sistem riset di Indonesia. Pertama, karena memandang orang secara pragmatis, berdasarkan gelar saja. Kedua, Indonesia belum sadar akan kekuatan riset. Dan, selanjutnya adalah paradigma pemerataan yang menyesatkan.
Soal gelar itu, Tjia konsisten. Ketika dia menjabat sekretaris jurusan (satu-satunya jabatan birokrasi yang pernah dia emban), dia mengusulkan agar setiap papan nama staf pengajar ITB tidak mencantumkan gelar. Dan, itu dia lakukan selama menjabat.
''Zaman sekarang, setelah jadi doktor, orang terus merasa jadi gusti,'' kritiknya. ''Indonesia punya banyak doktor, tapi banyak yang mandul!'' sambungnya.
Di Amerika Serikat (AS), terang Tjia, seorang ilmuwan bisa saja masuk ke dunia birokrat. Menjadi kepala NASA, misalnya. Namun, di AS, track record seorang calon kepala NASA benar-benar dilihat. Jadi, karya-karyanya berupa hasil penelitian atau publikasinya yang menjadi pertimbangan. Di sana, terang dia, orang yang benar-benar teruji dan berpengalaman saja yang bisa duduk di posisi strategis semacam itu. ''Hasilnya jelas memuaskan, kebijakan-kebijakannya benar-benar mengena dan dapat membangun,'' tegasnya.
Menurut Tjia, hal itu menjelaskan mengapa di Indonesia banyak kebijakan, terutama di dalam dunia sains dan teknologi, yang tidak mengena dan terkadang justru melenceng jauh. Selain itu, banyak dana riset hanya terbuang percuma karena tidak efektif dan efisien akibat orang-orang yang berkecimpung di dalamnya hanya bergelar doktor, tanpa karya dan kompetensi nyata.
***
Menurut Tjia, pengajaran fisika di Indonesia justru membunuh kreativitas murid. Baik yang diajarkan di setingkat SMP maupun SMA. Dia mencontohkan, proses mengajar selama ini hanya ditekankan kepada satu proses pemahaman fenomena alam, atau lazim dikenali sebagai proses deduktif. Bila cara itu yang digunakan, proses itu tidak akan berhasil membuat anak menjadi kritis analitis. Justru efek sampingnya membunuh kreativitas anak. Terutama dalam upaya menyisir fakta-fakta dari fenomena rumit untuk menghasilkan konsep hipotesis atau model teori yang sederhana.
''Mengapa negara kita semrawut? Jawabannya karena orang hukum hanya bicara bukti, bukan fakta,'' katanya.
Dalam pengajaran fisika di sekolah-sekolah menengah di Indonesia, menurut Tjia, anak diajarkan terlatih menurunkan rumus. Namun, sebaliknya, anak tidak diberi ruang untuk melatih melakukan generalisasi, abstraksi, atau idealisasi dari fakta atau fenomena alam untuk merumuskan suatu model teori. ''Padahal, dalam melakukan generalisasi inilah, tumbuh kreativitas anak dalam melihat fenomena alam,'' katanya.
Sumber : Jawa Pos (22 September 2008)

Upaya

Upaya Mencari Partikel TuhanRohmat Haryadi
Tepuk tangan riuh 80 fisikawan dari berbagai negara memecah keheningan di ruang monitor Pusat Riset Nuklir Eropa (Centre Europeen pour la Recherche Nucleaire --CERN), 10 September lalu. Pada saat itu, partikel proton (muatan listrik positif) yang dipacu mendekati kecepatan cahaya berbenturan dan pecah berantakan. Nah, dari pecahan partikel itulah diharapkan ditemukan "partikel Tuhan". Partikel Tuhan adalah partikel hipotesis yang dikemukakan ahli fisika teori Inggris, Peter Ware Higgs, 44 tahun silam.
Percobaan yang dilakukan para ilmuwan di CERN itu adalah bagian napak tilas Ledakan Besar (Big Bang) yang terjadi 12-15 milyar tahun silam. Menurut Higgs, sesaat setelah Big Bang terbentuk, partikel-partikel tak bermassa mengambang di angkasa. Teori Higgs bermula dari keheranan Higgs, mengapa benda bermassa kehilangan wujud ketika dipecah dalam ukuran molekul, atom, dan quark. Maka, Higgs berpendapat, materi paling awal setelah ledakan besar itu tidak memiliki massa.
Kemudian partikel-partikel itu melewati medan energi mahadahsyat yang memberinya massa. Setelah melewati medan energi mahadahsyat, materi mendapatkan massa dan semakin besar seiring dengan berjalannya waktu. Partikel yang disebut Boson Higgs itulah yang menjadi cikal bakal seluruh materi di jagat raya ketika mendapat massa. Termasuk menjadi cikal bakal makhluk hidup.
Karena Higgs mengaku ateis, maka ilmuwan mengejek Higgs dengan olok-olok "partikel Tuhan" untuk partikel awal itu. Yang dilakukan ilmuwan CERN adalah meniru kejadian sesaat setelah Big Bang untuk membuktikan adanya partikel Higgs. Peter Higgs, yang kini berusia 79 tahun, menyatakan keyakinannya bahwa partikel hipotesisnya akan terbuktikan. "Saya berpikir, mungkin partikel itu cantik," katanya.
Untuk membuktikan keyakinan Higgs itu, CERN menggunakan fasilitas yang disebut Large Hadron Collider (LHC). LHC adalah mesin pemercepat partikel sebelum kemudian dibenturkan satu sama lain agar pecah berantakan. "Palu" untuk memecah partikel itu berupa bangunan raksasa berbentuk cincin dengan keliling 27 kilometer. Bangunan itu ditanam di kedalaman 175 meter.
Ribuan superkonduktor magnet dengan bentuk bervariasi dan ukuran berbeda-beda dirangkai sedemikian rupa. Meliputi 1.232 magnet dua kutub yang masing-masing berukuran 15 meter dan 392 magnet empat kutub berukuran 5 hingga 7 meter. Saking besarnya konstruksi itu, sepotong pipanya bisa dipakai untuk membangun satu Menara Eiffel anyar.
Pembangunan fasilitas itu dimulai pada 2003, makan dana sampai €6,4 milyar atau US$ 9,2 milyar (Rp 85,56 trilyun). Proyek ambisius itu didanai secara patungan oleh 20 negara Eropa, Amerika Serikat, dan Jepang. Akhirnya proyek raksasa itu sukses meniru jejak Big Bang dalam laboratorium untuk pertama kalinya. Tepat pada pukul 10.28 waktu setempat, atau pukul 15.30 WIB, semburat garis putih membentuk pola tertentu di layar komputer tempat para ahli di ruang pantau CERN.
Semburat itu mengindikasikan bahwa proton bertabrakan dan pecah berantakan menjadi partikel lebih kecil. Partikel-partikel itu membentuk jejak pada helium cair bersuhu -271 derajat celsius atau hanya dua derajat di atas suhu nol mutlak yang setara dengan -273 derajat celsius. Kejadian itu disambut sukacita oleh para fisikawan. "Kejadian yang fantastik!" kata Lyn Evans, pemimpin proyek LHC.
"Sekarang kami dapat melihat era baru untuk memahami seperti apa kira-kira asal mula dan evolusi semesta," katanya. Kegembiraan juga pecah di Chicago, yang berjarak ribuan kilometer dari lokasi eksperimen. "Ini sukses seluruh anggota tim," kata Robert Aymar, Direktur Utama CERN. Nah, sebenarnya apa yang terjadi?
Di ruang LHC sepanjang 27 kilometer yang tertutup rapat itu, ilmuwan melarikan partikel proton sampai mendekati kecepatan cahaya. Caranya, dengan memacu partikel itu lari mengelilingi terowongan sebanyak 11.000 kali per detik atau dengan kecepatan 297.000 kilometer per detik. Sedangkan kecepatan cahaya adalah 299.792 kilometer per detik. Kondisi kecepatan setinggi itu berkorelasi dengan temperatur yang sangat tinggi. Panas terik itu diperkirakan mirip keadaan alam semesta pada saat baru lahir.
Awalnya, partikel dipacu searah jarum jam. Setelah itu, proton ditembakkan berlawanan arah dengan jarum jam. Proton-proton yang lintasannya berlawanan itu kemudian ditabrakkan sehingga pecah berantakan. Tumbukan itu melepaskan energi yang direkam alat pendeteksi pada titik-titik tertentu sepanjang terowongan. Lepasnya energi itu juga dikuti pecahnya partikel-partikel yang lebih renik dari proton. Termasuk partikel tak bermassa Boson Higgs.
Kini para ilmuwan tengah meneliti seluruh detektor untuk menemukan "partikel Tuhan" itu. "Kemungkinan besar partikel muncul sangat cepat. Saya yakin, lebih dari 90 persen itu akan terjadi," ujar Higgs. Tidak hanya itu, Higgs juga meyakini partikel itu cantik.
Namun astrofisikawan Inggris, Stephen Hawking, tidak yakin LHC akan menemukan partikel Higgs. Untuk itu, dia bertaruh US$ 100 bahwa mega-eksperimen itu tidak akan menemukan partikel yang sulit dipahami ilmu pengetahuan kosmos. "Saya bertaruh seratus dolar bahwa mereka tidak akan menemukan partikel Higgs," kata Hawking.
Toh, penelitian LHC tidak hanya untuk mencari "partikel Tuhan". Sebab, sekali terjadi benturan, akan diperoleh pengukuran dan peneraan dari LHC empat percobaan besar. Pertama, percobaan LHC akan melengkapi ilmu fisika tentang gravitasi yang gambarannya dimulai Newton. Gravitasi merupakan aksi massa. Tetapi, sejauh ini, ilmu pengetahuan tidak dapat menjelaskan mekanisme yang membangkitkannya. Percobaan pada LHC akan menyediakan jawabannya.
Percobaan LHC juga akan mencoba meneliti terjadinya materi gelap (dark matter) di alam semesta, karena materi ini hanya tampak 5 persen dari semua yang eksis, dan sisanya dipercaya tersusun atas materi gelap. Mereka akan menyelidiki, mengapa materi di alam semesta lebih banyak dari anti-materi. "LHC adalah mesin penemu," kata Robert Aymar.
"Riset ini akan membawa perubahan bagaimana manusia memandang semesta dan melanjutkan tradisi rasa ingin tahu manusia," ia menambahkan. Namun percobaan CERN mengundang kontroversi karena kekhawatiran akan akibatnya. Mereka yang khawatir mengirim e-mail ke CERN dan mencemaskan bahwa percobaan itu bakal menciptakan lubang hitam (black hole).
Kekhawatiran itu bukan tidak berdasar. Sebab, menurut Albert Einstein, jika materi bermassa bergerak secepat cahaya, massanya menjadi tak berhingga. Maka, bumi pun akan terisap oleh gravitasinya. "LHC aman, dan segala kekhawatiran itu hanyalah khayalan," ujar Aymar.
Sumber : Gatra Edisi 45 (18 September 2008)

Sains Dasar

Kompetensi Lulusan Sains Dasar Tidak JelasNAW
Implementasi sains dasar untuk menunjang pengembangan riset dan inovasi industri sampai saat ini masih lemah, antara lain akibat kompetensi lulusan pendidikan sains dasar tidak jelas. Ini disebabkan pula oleh budaya riset dengan pengembangan sains dasar yang belum terbangun.
Demikian dipaparkan Edy Soewono dari Institut Teknologi Bandung (ITB) dalam lokakarya arah kebijakan riset bertema ”Peran Strategis MIPA dalam Menghadapi Tantangan Bangsa”, Kamis (30/10) di Jakarta.
”Kondisi pendidikan sains dasar MIPA (Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam) di Indonesia sampai sekarang belum mampu untuk penetrasi ke hilir (sektor industri),” kata Edy.
Implementasi sains dasar untuk menghadapi masalah bangsa sangat terbuka lebar, kata dia. Dimulai dari penanganan masalah pengentasan warga dari kemiskinan, ketahanan pangan, ketahanan energi, dan sebagainya.
Ketua Dewan Riset Nasional (DRN) Andrianto Handojo pada kesempatan itu mengatakan, sains dasar masih dipandang sebagai bidang ilmu yang diwarnai kerumitan. Padahal, dengan implementasi dasarnya dapat menguak fenomena alam untuk mencari manfaat-manfaat yang dibutuhkan umat manusia. ”Menara matahari (solar tower), salah satu contoh implementasi sains dasar untuk memperoleh manfaat menggerakkan turbin pembangkit listrik,” kata Andrianto.
Memicu implementasi
Pembicara lainnya, Kepala Pusat Penelitian Bioteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Bambang Prasetya mengemukakan, metode lomba karya ilmiah di berbagai jenjang pendidikan turut memicu implementasi sains dasar. Contohnya, pada perlombaan karya ilmiah SMP dengan proposal pengobatan sariawan dengan perpaduan jeruk nipis dan getah pohon jarak. Menurut Bambang, memadukan dua unsur tanaman itu menuntut pemahaman sains dasar biologi.
Ketua Persatuan Aktuaris Indonesia Riyanto Djojosugito dalam lokakarya tersebut menjelaskan, untuk mengaitkan industri dengan universitas atau lembaga ilmiah dibutuhkan ”jembatan”. Di bidang aktuaris (asuransi, investasi, dan konsultasi), sains dasar sangat menunjang dalam hal statistika.
Sumber :
Kompas (31 Oktober 2008)

Nobel dai Jepang

Wah, akhirnya para "pejuang" Jepang ini diberi juga hadiah Nobel. Y. NNANBU :Merupakan "pionir konsep perusakan simetri" dengan model sigma awal 60-an, jauh sebelum ada model standar. Konsep ini merupakan mekanisme dimana partikel boson yang di teori tidak bermassa (saat itu kasusnya adalah pion) bisa memunculkan suku massa setelah perusakan simetri.Model ini kemudian dikembangkan oleh G. Jona-Lasinio untuk kasus simetri chiral, yang kemudian dikenal sebagai model NJL (Nambu-Jona-Lasinio).Mekanisme ini digeneralisasi lagi oleh J. Goldstone, termasuk untuk fermion. Partikel ini awalnya disebut partikel Nanbu-Goldstone.Konsep ini penting, karena ini yang mendasari mekanisme Higgs yang kemudian jauh lebih dikenal di fisika partikel modern. Mekanisme Higgs sebenarnya merujuk pada kasus khusus di model standar berbasis simetri SU(2) x U(1).Karena itu kalau di buku teks fisika partikel setelah 80-an, nama Nanbu, model NJL dll sudah tidak muncul lagi dan jadi kurang dikenal fisikawan partikel muda. Umumnya di buku modern semuanya langsung membahas mekanisme Higgs dan partikelnya...Komentar personal :Sebenarnya pemberian Nobel ke Nanbu ini agak mengejutkan. Karena unmumnya komunitas fisika partikel memprediksi Nobel akan diberikan ke Nanbu bersamaan dengan Higgs, BILA partikel Higgs jadi ditemukan di LHC. Yang sebagian kami di komunitas partikel agak pesimis akan ditemukan...;-(.KOBAYASHI & MASKAWA :Keduanya merupakan penulis paper mengenai Kobayashi-Maskawa matriks di jurnal Jepang : Progress of Theoretical Physics di tahun 1971. Yaitu matriks 3 x 3 yang mengekspansi matrik Cabibbo yang 2 x 2, dengan menambahkan kuark bottom dan top (ditemukan tahun 98 di CDF). Karena matriks 3 x 3, ada tambahan fase di dalamnya yang mengakibatkan munculnya perusakan CP. Jadi konsep sederhana ini memberi 2 prediksi : adanya generasi ke-3 yang waktu itu belum ada, dan perusakan simetri terkait materi dan anti-materi. Generasi ketiga sudah dikonfirmasi dengan ditemukannya kuark top, sedangkan asimetri CP sudah dikonfirmasi di eksperimen B-factory di SLAC (SLAC-B) dan KEK.(Belle). Topik ini biasa disebut flavor physics, khususnya B-physics, yang merupakan topik saya sejak di Hiroshima s/d di HHamburg. Khususnya untuk Kobayashi, merupakan host-prof saya selama di KEK periode tahun 1996-1997. Sayang, keduanya praktis sudah tidak aktif meneliti sejak paper tahun 1971 tsb ! Kecuali Kobayashi yang namanya masih tercantum di banyak papaer eksperimen di KEK karena statusnya sebagai sesepuh disitu... Ini salah satu tipe peraih Nobel 1-shoot dan lucky busted...;-).Komentar :Sebenarnya setelah ditemukan kuark top tahun 98 dan konfirmasi asimetri CP di meson B tahun 2000-an, semua sudah menduga KM bakal mendapat Nobel. Namun komunitas fisika partikel menduga yang diberi adalah bertiga : Cabibbo + Kobayashi + Maskawa. Karena matriks diatas biasa kita sebut matriks CKM. Jadi kayaknya lobi komunitas Jepang cukup kuat tahun ini...;-). Tahun-2 berikutnya bakal ada "gerakan" dari komunitas Eropa, persis seperti saat Veltman "menemani" tHooft mendapat Nobel.
Di sadur dari fisika.net